Education Quotes

Jendela

Thursday, August 27, 2020

PJJ DAN KEPRIHATINAN KITA

Selama belum berakhirnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) transisi dalam menghadapi pandemi Covid-19, maka tatap muka dalam pembelajaran di sekolah belum akan dimulai. Meski saat ini dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama 4 Menteri (Mendikbud, Menag, Menkes, Mendagri) tentang perubahan atas keputusan bersama sebelumnya Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran TP. 2020/2021 dan TA.2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19 belumlah menjamin pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Ada begitu banyak keprihatinan terhadap berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh siswa dan orang tua selama PJJ, begitu juga dengan guru. Mungkin berbagai macam pengalaman yang terjadi baik yang mengharukan, lucu, menarik, membuat diri ini merenung, tidak hanya membuat aku semakin memahami kebutuhan dan kesulitan para siswa ketika mereka melakukan pembelajaran jarak jauh, yang di mulai pada pertengahan bulan Maret. Dan ini juga akan menjadi kenangan dan catatan berharga di kemudian hari.

Awalnya para siswa begitu antusias dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh setiap guru, maklum masih baru. Belum mengetahui atau kurang mengerti tentang apa itu PJJ. Tibalah pada saat penyerahan tugas, ternyata ada beberapa siswa yang tidak dapat menyerahkan tugas tepat waktu. Dan itu terjadi berulang kali, tidak hanya dua atau tiga mata pelajaran bahkan hampir semua mata pelajaran. Dan ini juga terjadi di semua level kelas.

Tentu sebagai guru sekaligus wali kelas, aku pun mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata ada beberapa siswa yang tidak memiliki gawai, kalau pun ada mereka tidak memiliki kuota yang cukup. Selain itu jangankan untuk memikirkan bagaimana belajar dan mengerjakan tugas dengan baik, kondisi mereka pun juga memprihatinkan akibat rumah yang mereka tempati diterjang banjir.

“Maaf bu, Lisa (bukan nama sebenarnya) hand phonenya tidak ada internetnya. Jadi dia tidak bisa mengerjakan tugas. Selama ini tugas dikirim melalui hand phone kakaknya”. Suara dikejauhan menjelaskan tentang keadaan putrinya yang tidak bisa mengirimkan tugasnya tepat waktu. Atau bagaimana kalau kakaknya juga tidak punya pulsa? Sementara dirinya juga tidak bekerja? Berbagai pertanyaan bertubi-tubi pada akhirnya muncul di kepala. Sungguh berat problem yang dihadapi orang tua siswa di masa pandemi ini. Belum lagi upaya keras yang harus aku lakukan sebagai wali kelas ketika berhadapan dengan guru pengampu mata pelajaran lainnya. Itu baru satu siswa, belum lagi masalah yang dihadapi oleh beberapa siswa lainnya tentu berbeda pula penanganannya.

Di tengah keprihatinan, ternyata masih ada hal positif yang dapat kutemukan. Ada beberapa siswa yang begitu gigih untuk mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu. Mereka tidak bosan untuk bertanya melalui whatsapp setiap hari, saat pagi ketika di mulainya pembelajaran, menjelang siang bahkan sampai malam hari. Yang terkait dengan materi pembelajaran yang tidak dimengerti atau hanya sekedar masalah teknis ketika menyerahkan tugas. Terkadang karena keterbatasan kuota, aku pun dengan senang hati membantu mengupload beberapa tugas siswa ke aplikasi e-learning madrasah sebagai bentuk tanggung jawab bahwa siswa telah mengerjakan tugasnya dengan baik.

“Bu Nadiyah, saya sudah beberapa kali mencoba upload tugas ke Penilaian Ketrampilan KI 4. Kok belum bisa terkirim ya? Ini sudah beberapa kali, bu”.  Aku merasakan nada putus asa teks yang dikirimkannya, dan aku pun tanpa ragu kemudian membalas smsnya : “Ya silahkan kirim file tugasnya, username dan passwords, nti bu Nad bantu”. Tidak lama kemudian hanya butuh dua tiga menit file tugasnya sudah dapat diupload dan terkirim. Dan sebagai guru, aku pun merasakan seutas senyum mengembang di kejauhan.

 

Nadiyah
27 Agustus 2020
Dimuat dalam Antologi Pendidikan 24


No comments:

Post a Comment