Saya, guru pengatur lalu lintas udara! Apa
yang akan dilakukan oleh guru, andai ia sebagai pengatur lalu lintas udara (istilah ini digunakan oleh Eka Wardana
dalam tema kelas ini)? Tentu yang guru lakukan adalah berusaha agar semua
berada pada jalurnya dan mencegah terjadinya benturan antara aturan yang satu
dengan lainnya, perilaku yang tidak sesuai atau sesuai dengan nilai atau moral
di lingkungan di mana ia berada. Hal ini di dasari oleh apa pun yang dilakukan
sesuai dijalurnya akan tampak begitu indah. Keteraturan mampu menumbuhkan
kedisiplinan bagi siapa pun juga, termasuk di dalamnya siswa, anggota
masyarakat di lingkungan sekolah, dan tentunya juga bagi guru itu sendiri.
Guru dan anggota masyarakat sekolah dapat
memberikan contoh yang baik bagi siswa. Bagi guru tidak ada kata lelah dalam
mengingatkan siswanya, untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Membiasakan
diri untuk makan makanan sehat yang sesuai dengan standar menu sehat. Dan tak
akan bosan menekankan kepada siswanya untuk giat belajar dan tak lupa berdoa
setiap kali melakukan aktivitas.
Sebagai pengatur lalu lintas udara, tentu guru
menjadi a role of model. Ini akan
mempermudah siswa atau siapa pun untuk melihat “The Big Picture” dari gambaran baik secara keseluruhan tentang diri
seorang guru. Seseorang yang perilakunya, dedikasinya atau keberhasilannya
dapat menjadi contoh atau panutan bagi orang lain, terutama siswa dan rekan
kerja atau lingkungannya. Seseorang yang
mungkin memiliki dampak yang besar bagi anak didiknya di kemudian hari, karena sebelumnya
ia mampu membangun hubungan emosional yang kuat. A role of model adalah sebuah gambaran ideal yang diinginkan untuk
masa depan.
Ada suatu cerita ketika saya duduk di
tingkat madrasah aliyah. Suatu kebiasaan unik yang saya lakukan, yaitu
mengamati satu persatu ketika guru saya mengajar. Meskipun pada waktu itu saya sama
sekali tidak tertarik atau bercita-cita menjadi seorang guru. Yang ternyata di
kemudian hari menjadi a role of model
bagi pribadi saya, begitu berkesan. Dan saya pun berpikir, bisa saja hal ini
juga terjadi pada diri siswa di lingkungan saya mengajar. Mereka akan
mengamati, apakah saya menguasai materi ketika mengajar, lemah lembut ketika menghadapi
perkara yang mereka terlibat di dalamnya. Atau mampu mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh orang tua dan siswa dengan melalui keputusan
yang bijaksana.
Begitu juga ketika guru sebagai katalisator,
ia harus mampu menjaga dan berupaya melakukan pendampingan kepada siswanya
sehingga program-program yang sudah dicanangkan oleh pihak sekolah dapat cepat terlaksana
dengan baik.
Istilah katalisator ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah
seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan
kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa. Jadi guru katalisator (Kompasiana, 6 Mei 2017) adalah guru yang mampu melakukan perubahan
mindset (cara pandang), thinking way
(cara pikir), dan action way (cara
bertindak) secara cepat terhadap tuntutan zaman tanpa terjerumus dan terbawa
arus pengaruh-pengaruh negatifnya.
Selain itu guru juga dapat sebut sebagai
artis. Julukan ini tidaklah berlebihan, karena guru juga memiliki “fans” nya sendiri. Performa yang ditampilkan oleh guru terutama dalam hal berpakaian juga menjadi perhatian penuh bagi siswa. Dimulai
dari pakaian yang dikenakan. Serasi atau tidak, pantas atau tidak pantas, dan
alas kaki, sepatu yang ia kenakan. Jadi bukan hanya siswa yang dituntut harus berpenampilan
baik sesuai dengan tata tertib sekolahnya.
Contoh kecil adalah sepatu yang saya kenakan. Pernah suatu hari ketika saya mengajar di
sekolah kejuruan pelayaran swasta di Jakarta. Seperti biasa saya berpakaian
rapi sesuai dengan standar berpakaian yang baik, dengan mengenakan stelan
blazer. Tiba-tiba ada seorang taruna menjulurkan kakinya yang bersepatu hitam
mengkilap (saya tahu sepatunya baru disemir), bersebelahan dengan sepatu yang
saya kenakan. “Lihat tuh bu, mengkilap mana dengan sepatu saya”. Upps! Saya pun
tersadar bahwa sepatu yang saya pakai tampak kusam, belum sempat disemir hanya
saya lap saja tadi pagi. Saya pun hanya tersenyum memandangi wajahnya.
Nadiyah, Februari 2020
Dimuat dalam Antologi KMA-OP 19
No comments:
Post a Comment