Education Quotes

Jendela

Wednesday, September 5, 2018

Menulis itu ...

Kegiatan menulis membuat aku peka terhadap apa yang terjadi di sekeliling ku. Ku amati setiap detik waktu berjalan, mulai bangun tidur, segala aktivitas yang aku lakukan di sepanjang pagi hingga sore. Ketika tiba di rumah, mulai magrib sampai menjelang fajar dan begitu seterusnya. Menulis bagiku adalah suatu refleksi dari apa yang aku alami yang dituangkan dalam kata-kata dan menjadikannya hidup di dunia nyata. Sebagaimana makhluk hidup pada umumnya, kata-kata juga harus diperlakukan dengan baik, mereka akan tumbuh dan berkembang mengikuti arus perubahan zaman. Meski terkadang kata-kata hanya tercatat dalam imajinasi atau pikiran-pikiranku yang berseliweran antara kutub utara dan selatan.

Untuk menguntai kata dalam puisi, terkadang aku harus membaca beberapa tumpukan artikel atau kumpulan klipping koran, mengamati sekelilingku dari waktu ke waktu, seakan aku tidak boleh berkedip sedetik pun! Kata-kata begitu misterius, mereka akan menghilang walaupun sekejap saja. Seperti asap yang mampu aku tangkap dalam pandangan tapi sulit untuk ku genggam. Dan seperti angin yang mampu aku rasakan tapi sulit untuk ku lihat. Sebagaimana juga ketika aku memiliki keinginan untuk menulis artikel kecil atau hanya sekedar memenuhi salah satu rubrik setiap bulannya di salah satu website kursus bahasa Inggris .

Ahh ... terkadang menulis itu juga membosankan! Andai ada aplikasi yang dapat merekam apa yang aku pikirkan dan aku katakan tak perlu lagi aku menulis. Biasanya untuk menghilangkan kejenuhan aku keluar rumah hanya untuk sekedar merehatkan pikiran dan hati. Tapi memang hidupku tak bisa lepas dari kata-kata, karena aku lahir dari tumpukan kata-kata. Aku hidup di lingkungan yang berbudaya.

Minggu ini ada tema yang menarik yang aku baca dari Chat Telegram SGI tentang "Aku Guru Merdeka Menulis". Tema yang diangkat pada SGI menulis 6. Yah, seharusnya guru memiliki kebebasan menulis, mereka dapat menuangkan apa yang dirasakan,  dipikirkan atau apa yang dialami. Setiap momen adalah tema yang dapat dijadikan bahan untuk menulis.

Hmm ... pertama yang harus aku lakukan biasanya browsing atau membaca beberapa status di medsos, Twitter atau Facebook. Pagi ini aku menemukan kata-kata yang luar biasa, sebagaimana sebelumnya aku dapatkan dari Pak Eka Wardana, tutorku yang penuh semangat dan selalu mengispirasi.

Writing is hard. Only if you’re paying attention to the words. Let the words lead you and don’t think about what you’re saying. You’re just the pencil. Let the muse be the hand holding you~ @johnguzlowski. Twitter.

Yes! Satu kunci aku dapat. Jangan berfokus pada kata-kata. Biarkanlah kata-kata mengalir sampai jauh, sesuai sifat alaminya. Sebagaimana air yang mengalir kemudian bermuara ke laut.

Mengapa aku menulis? Sejak SMP aku sangat berminat untuk menjadi penulis. Setiap hari aku membaca beberapa cerpen (biasanya satu majalah berisi kumpulan cerbung atau cerpen, seperti Majalah Anita) atau satu novel. Entah aku pinjam dari seorang teman atau aku beli dari uang jajanku sendiri. Pernah juga sangking minatnya aku ingin menjadi penulis, aku ikut lomba menulis cerpen yang diselenggarakan oleh salah satu surat kabar ibu kota, Pos Kota. Meskipun dari segi tata bahasa atau kaidah menulis sangatlah jauh. Tapi entah mengapa seiring berjalannya waktu, semangatku perlahan surut. Bahkan tidak ada semangat sedikit pun yang tersisa. Dan aku pun mulai 'amnesia'.

Sampailah kemudian aku bergabung bersama teman-teman di SGI. Setelah menyimak dari beberapa kali pertemuan, di mana materi dan tema yang disajikan begitu ringan, runut dan tidak beku, menjadikan aku mudah untuk mengikuti tahapan demi tahapan, tentu saja dengan tidak lepas dari kesabaran dan dedikasi si penyaji, bapak Eka Wardana dan teman-teman yang selalu menginspirasi, menjadikan aku mudah untuk mencerna apa yang beliau sampaikan sehingga tak terasa sudah 2 buku ontologi aku lalui. Aku berharap dengan bergabungnya aku dalam komunitas ini menjadikan semangatku terpupuk dengan baik dan pada akhirnya aku dapat meraih impianku. Bagiku menulis adalah sebagaimana kata-kata mutiara yang aku tulis : Writing is a wingless way to fly ~ Aku ingin terbang tanpa sayap!

Jakarta, 30 Agustus 2018

No comments:

Post a Comment