Education Quotes

Jendela

Wednesday, August 1, 2018

My Story : Guru Terkenang

“Guru Ceker Ayam”  

Terkenang. “Tulisanmu seperti ceker ayam, Nadiyah!”. Itu kata-kata yang diucapkan oleh guru kelasku pada waktu aku duduk di kelas tiga SD. Aneh, sedikit pun aku tidak terganggu, marah atau sakit hati. Mungkin aku belum mengerti apa yang dikatakannya. Waktu itu aku hanya memandangi wajahnya. Polos. Dipikiranku “ceker ayam” adalah sama dengan ceker ayam yang dimasak oleh ibuku,  sesuatu yang lezat tentunya, apalagi ceker ayam sebelum digoreng terlebih dahulu dikecut (“kecut” istilah kampung untuk menyebut masakan yang direbus dengan bumbu khusus yang terdiri dari : langkuas, sereh-daun salam, kunyit, bawang putih dan garam). Bagian itulah yang paling aku suka, terkadang aku untuk memperolehnya berebut dengan saudaraku yang lain, siapa yang cepat dia yang dapat, begitulah kira-kira. Karena jumlahnya terbatas tergantung berapa ekor banyaknya ibuku beli di pasar. Kalau dua ekor berarti hanya empat ceker ayam yang tersedia. Dapat dibayangkan betapa besarnya perjuanganku.

Aku pindah sekolah di tahun ketiga. Sekolah lamaku pindah ke lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggalku, sebelumnya lokasinya hanya berjarak beberapa rumah dari rumahku. Mungkin ayahku khawatir dengan jarak sekolah yang jauh, maka dipindahkannyalah aku ke sekolah milik kakekku yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah. Tidak ada yang istimewa, semua biasa-biasa saja, sampai untuk pertama kalinya aku mendengar kata-kata : “Tulisanmu seperti ceker ayam, Nadiyah!”. Yang menjadi tanda tanya  mengapa beliau pada waktu itu tidak mengatakan “Tulisanmu jelek, Nadiyah!”. Kalau aku ingat kejadian itu, aku hanya tersenyum. Toh pada kenyataanya beberapa tahun kemudian tulisanku paling bagus di antara teman-temanku. Selain itu setelah aku menjadi guru, baru aku menyadari bahwa seorang guru ketika mengungkapkan sesuatu kepada siswa-siswinya, hal yang paling penting adalah kehati-hatian dalam memilih kata-kata untuk disampaikan, sehingga tidak menyakiti atau membuat down siswanya. Tentu sebuah pelajaran berharga buatku.

Nadiyah
Jakarta, 28 Juli 2018 - dimuat dalam Buku Antologi Guru Menulis SGI 5 : Cerita Guru


No comments:

Post a Comment