“Guru Ceker Ayam”
Terkenang. “Tulisanmu seperti ceker ayam,
Nadiyah!”. Itu kata-kata yang diucapkan oleh guru kelasku pada waktu aku duduk
di kelas tiga SD. Aneh, sedikit pun aku tidak terganggu, marah atau sakit hati.
Mungkin aku belum mengerti apa yang dikatakannya. Waktu itu aku hanya
memandangi wajahnya. Polos. Dipikiranku “ceker ayam” adalah sama dengan ceker
ayam yang dimasak oleh ibuku, sesuatu
yang lezat tentunya, apalagi ceker ayam sebelum digoreng terlebih dahulu
dikecut (“kecut” istilah kampung untuk menyebut masakan yang direbus dengan
bumbu khusus yang terdiri dari : langkuas, sereh-daun salam, kunyit, bawang putih dan
garam). Bagian itulah yang paling aku suka, terkadang aku untuk memperolehnya
berebut dengan saudaraku yang lain, siapa yang cepat dia yang dapat, begitulah
kira-kira. Karena jumlahnya terbatas tergantung berapa ekor banyaknya ibuku
beli di pasar. Kalau dua ekor berarti hanya empat ceker ayam yang tersedia.
Dapat dibayangkan betapa besarnya perjuanganku.
Aku pindah sekolah di tahun ketiga.
Sekolah lamaku pindah ke lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggalku,
sebelumnya lokasinya hanya berjarak beberapa rumah dari rumahku. Mungkin ayahku
khawatir dengan jarak sekolah yang jauh, maka dipindahkannyalah aku ke sekolah
milik kakekku yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah. Tidak ada yang
istimewa, semua biasa-biasa saja, sampai untuk pertama kalinya aku mendengar
kata-kata : “Tulisanmu seperti ceker ayam, Nadiyah!”. Yang menjadi tanda
tanya mengapa beliau pada waktu itu
tidak mengatakan “Tulisanmu jelek, Nadiyah!”. Kalau aku ingat kejadian itu, aku
hanya tersenyum. Toh pada kenyataanya beberapa tahun kemudian tulisanku paling
bagus di antara teman-temanku. Selain itu setelah aku menjadi guru, baru aku
menyadari bahwa seorang guru ketika mengungkapkan sesuatu kepada
siswa-siswinya, hal yang paling penting adalah kehati-hatian dalam memilih
kata-kata untuk disampaikan, sehingga tidak menyakiti atau membuat down
siswanya. Tentu sebuah pelajaran berharga buatku.
Nadiyah
Jakarta, 28 Juli 2018 - dimuat dalam Buku Antologi Guru Menulis SGI 5 : Cerita Guru
Nadiyah
Jakarta, 28 Juli 2018 - dimuat dalam Buku Antologi Guru Menulis SGI 5 : Cerita Guru
No comments:
Post a Comment