Teachers
are unique problem solvers by character, temperament, and resilience. Teachers
CAN NOT be manufactured to fit someone's business model for education.
~Robert John Meehan. Setiap kali memulai menulis, aku berupaya untuk
mencantumkan kata-kata bijak, berharap untaian kata-kata yang aku tulis
mengalir, lebih terarah dan bermakna.
Awalnya ada sedikit
keraguan untuk menulis tema besar tentang Meneropong
Karier Guru sebagaimana yang telah digagas oleh Master Eka Wardana pada SGSI
KMA-OP 13. Setelah merenung sejenak (bahkan aku pun harus mencari bahan dari
berbagai sumber, mencoba menelaah arah dari tema yang diangkat kali ini). Terus
terang aku tak pernah membayangkan tentang karierku, hal itu mengalir begitu
saja dengan menjalankan kewajibanku sebagai guru sebaik mungkin. Sebagaimana
bayanganku sebelumnya, karier guru di sekolah meliputi dua hal, yaitu karier
struktural (berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam struktur organisasi
tempat dimana aku bekerja, seperti kepala sekolah, pengawas, wali kelas dan
lain-lain) dan karier fungsional (pencapaian formal di dalam profesi yang
digelutinya : guru madya, guru dewasa, guru pembina dan guru professional).
Dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga professional dengan segala
implikasinya. Meski demikian guru diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier.
Pengembangan karier (career depelopment) ini
pada kenyataannya belum memperoleh porsi yang memadai. Dibutuhkan berbagai syarat dan embel-embel lainnya seperti guru
harus juga mengumpulkan angka kredit melalui kegiatan-kegiatan akademik. Melakukan
penelitian, menulis karya ilmiah, seminar, lokakarya, simposium atau lainnya.
Dengan demikian adakah jalur lain selain
yang disebutkan di atas yang harus dilalui oleh seorang guru dalam
mengembangkan kariernya? Bagaimana andai ada guru mata pelajaran di suatu
bidang, katakanlah guru PPKn yang memiliki prestasi juara lomba catur tingkat
nasional? Atau guru mata pelajaran IPA yang meraih juara di bidang oleh raga,
renang misalnya? Bagaimana dengan angka kreditnya?
Merujuk pada kata-kata mutiara di atas, guru
memiliki karakter yang unik, guru tidak
dapat diproduksi
untuk dapat dipaksa harus disesuaikan dengan model bisnis seseorang untuk
kepentingan pendidikan. Guru memiliki nalurinya tersendiri, bahkan berjalan
sesuai garis edarnya yang mereka miliki. Begitulah guru, karena keunikannya guru
memiliki jiwa merdeka, ibarat tunas yang akan terus tumbuh meski berada dalam empat
musim sekalipun! Untuk itu aku akan lebih cenderung untuk mengembangkan karier
melalui jalur non formal, menjadi penulis atau sesuatu yang aku ingin lakukan.
Profesi guru adalah profesi terindah.
Sekian tahun aku menjalani profesi sebagai guru, barulah aku menyadari. Tentu
dengan lika-liku dan perjuangan yang cukup panjang. Memiliki sisi yang menarik
dan ada begitu banyak problema yang membutuhkan jawaban yang tidak akan cukup
untuk diurai di sini. Padatnya jadwal dan aktivitas yang menyita waktu,
menjadikan guru harus mampu menggunakan waktu yang dimiliki secara cermat dan
cerdas. Aku sendiri tidak pernah berangan-angan untuk karierku ke depan.
Bagiku, profesiku sebagai guru sudahlah cukup, karier akan mengalir dengan
sendirinya, karena aku ingin dapat menjadi apapun yang aku inginkan. Tinggal
bagaimana aku harus berusaha keras meningkatkan kualitas diri melalui beberapa
komunitas di mana aku bergabung di dalamnya, sehingga skill ku di bidang lain pun akan mampu terasah dengan baik.
Nadiyah, Jakarta , 16 Juli 2019
No comments:
Post a Comment