Education Quotes

Jendela

Sunday, August 29, 2021

JEJAK-JEJAK YANG TERTINGGAL

Ketika kumpulan kata-kata bertemu dalam sebuah buku, artikel, quote orang-orang terkenal atau entah apa  namanya, apa yang ada dalam pikiranku ketika aku pertama kali menemukannya? Sesuatu yang menarik dan menakjubkan tentunya! Kumpulan kata-kata membawa dan menuntunku ke dalam sebuah tempat asing,  namun seolah-olah aku berada di dunia yang  membuatku begitu ringan. Perlahan bebanku menghilang. Dimana aku dapat melepaskan semua letupan-letupan besar yang ada dalam jiwaku.

Ada beragam kisah antara aku dan buku. Semuanya memberikan kesan tersendiri di hati. Buku adalah obat mujarab, ketika aku berada dalam titik terendah dalam hidup. Hal pertama yang aku cari adalah buku. Terutama buku-buku yang bertemakan tentang bagaimana untuk membangun kepercayaan diri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki menjadi sebuah kekuatan.  Yang memuat beragam cerita yang menarik tentang perjalanan hidup seseorang.

Dan aku pun dapat berjalan tegak, seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi padaku. Dan aku pun dapat mengisi hari-hari dengan lebih bermakna, mengambil bagian dan terlibat dalam berbagai kegiatan dan komunitas. Dan pada akhirnya aku dapat membebaskan diriku, berdamai pada diri sendiri. Setiap manusia pasti mengalami, dan mereka mampu keluar dari jebakan hidup yang terkadang mereka ciptakan sendiri. 

Buku membawa keakraban. Siapa yang tidak kenal dengan buku SD legendaris yang ditulis oleh Siti Rahmani Rauf. Ini budi ... . Ini Ayah budi ... . Wati kakak Budi ... . Keakraban terbangun selepas magrib ketika ayahku mengajari satu per satu kakaku yang sudah mulai memasuki sekolah SD. Sedangkan pada waktu itu aku belum sekolah, hanya memperhatikan bagaimana ayahku dengan penuh perhatian menuntunnya untuk mahir membaca, dan mengisi waktu terbaiknya pada kami semua. Yah hanya itu yang aku ingat. Tapi semuanya sangat berkesan dan tersimpan begitu mendalam di memori.

Sebuah buku ibarat bagian kecil dari sebuah puzzle. Aku teringat ketika aku duduk di bangku Tsanawiyah, bersama saudara-saudaraku hal yang paling disukai melakukan permainan puzzle. Menyusun bagian-bagian kecil menjadi satu kesatuan yang utuh. Adu kecepatan, dan biasanya kami saling meledek satu sama lain, kalau di antara kami paling lambat dalam menyelesaikan permainan ini, begitu serunya kami pada waktu itu. Belakangan aku tahu bahwa selain menyenangkan permainan ini mampu mengasah kemampuan kognitif, mengembangkan ketrampilan motorik halus, melatih koordinasi mata dan tangan. Dan yang terpenting melatih ketrampilan emosional dan mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah. 

Yah, buku adalah bagian (piece) dari sebuah puzzle tentang kehidupan. Apa yang aku baca, perlahan namun pasti akan menemukan titiknya. Ada satu buku yang membuat aku penasaran akan kelanjutannya. Bagaimana akhir dari kumpulan beberapa informasi yang tersaji dalam buku tersebut nanti pada akhirnya. Kamu tahu buku apa yang aku baca pada waktu itu, dan tak bosan aku mengingatnya? Mungkin kamu tak akan percaya, buku itu tentang tanda-tanda akhir zaman. Tapi aku lupa judul persisnya. Yang jelas buku itu memberikan banyak pertanyaan-pertanyaan di benakku. Terutama tentang makhluk Ya’juj dan Ma’juj! 

Ada satu kenangan ketika aku membaca buku ini, kebetulan tetanggaku yang bersebelahan dengan rumah keluargaku menjadikan samping rumahnya untuk memasak (padahal di dalam rumahnya terdapat ruang dapur), persis bersebelahan dengan paviliun, tempat dimana biasanya aku dan kakaku menghabiskan waktu untuk membaca buku. Meski dibatasi oleh tembok yang tingginya satu setengah meter, namun ketika aku membaca buku, suaraku akan terdengar olehnya. Sambil memasak tetanggaku mendengar apa yang aku baca, dan akan protes kalau aku mengecilkan volume suaraku. Jadilah secara bergantian aku dan kakaku membacakan buku tersebut yang lumayan tebalnya lebih dari 200 halaman. 

Cerita tentang Ya’juj dan Makjuj tidak berhenti sampai di situ saja. Muncul berbagai macam pertanyaan dipikiranku, makhluk jenis apakah Ya’juj dan Ma’juj itu yang selalu membuat kerusakan di muka bumi? Ketika aku menonton film The Hobbit yang ngebooming di tahun 2012, 2013 dan 2014, film seri yang merupakan prekuel dari trilogi film The lord of the Rings. Pikiranku tertuju pada kumpulan makhluk yang berbentuk aneh dan menyeramkan, Goblin. Bertubuh gemuk dan lembek. Mereka hidup dengan cara merampas dari orang-orang yang melewati pegunungan berkabut, di mana mereka tinggal, dan digambarkan sebagai “bandit”. Apakah ini yang dinamakan Ya’juj dan Ma’juj?

Sejenak pikiranku tentang dua makhluk yang juga disebutkan dalam Qur’an (QS. Al-Kahfi dan Al-Anbiya) tersebut terlupakan. Hari-hariku selanjutnya terisi dengan berbagai kegiatan antara di sekolah dan di rumah. Akan tetapi sebagai orang yang beriman, yang mempercayai akan datangnya hari akhir dan tanda-tandanya, tentu tidak akan begitu saja menghilangkan ingatan tentang kisah-kisah Dzul Qarnain dan dua makhluk kejam dan perusak, mereka tinggal diantara dua gunung. Sampai pada akhirnya perlahan namun pasti, pertanyaanku tentang dua makhluk misterius tersebut sedikit demi sedikit terkuak. Ketertarikanlah yang membuat aku tetap konsisten mencari tahu tentang Ya’juj dan Ma’juj.

Salah satunya adalah melalui Imran Nazar Hosein, seorang pakar eskatologi Islam (studi tentang akhir zaman) dari Trinidad dan Tobago, menjelaskan tentang siapa Ya’juj dan Ma’juj. Melalui pendekatan pra-pemahaman dan metodologi yang beliau gunakan. Beberapa ceramahnya tersedia dalam video Youtube pernah aku ikuti.


Nadiyah, Agustus 2021, Naskah pilihan dimuat dalam Antologi Opini Pendidikan 31 (Penyunting : Eka Wardana)


No comments:

Post a Comment