Kelas adalah ruang ajaib, siapa pun dapat membangun mimpi-mimpi. Perubahan dunia dimulai dari sana. Dan gurulah yang menjadikan setiap ruang kelas sederhana menjadi sesuatu yang berbeda dan istimewa. nad~
Semua hal tentang sekolah tidak ada yang tidak menarik, semuanya meninggalkan kesan yang mendalam terutama guru dan tingkah pola teman-teman penghuni kelas, yang dapat menentukan hitam putihnya masa depan. Kalau mau jujur ada begitu banyak cerita menarik di kelas, dari mulai penghapus papan tulis berterbangan seperti layaknya UFO, yang berupaya mencari tempat yang tepat untuk mendarat. Ada makhluk kecil putih ajaib yang mampu mencerahkan, karena tanpanya tidak ada informasi apapun yang tertulis di papan tulis. Serta Rotan dan penggaris panjang berjejer di dekat meja guru. Masing-masing semuanya memberikan kontribusi bagi “pembentukan karakter—kedisiplinan”. Dan kita sebagai murid menikmatinya dengan suka cita. Tidak ada protes, semua dihadapi dengan santai, meski terkadang hanya tersenyum kecut, tapi kami tetap senang dan bahagia.
Mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran tertentu adalah suatu hal yang menyenangkan apalagi jika diperoleh dengan kerja keras, hasil belajar yang dilakukan secara kontinyu. Melalui kegiatan membaca dan berlatih setiap hari. Tentu tidak akan menjadi sesal, bahkan memberikan begitu banyak inspirasi untuk melakukan kegiatan berikutnya, lagi dan lagi.
“Waktu saya SD, ketika saya membaca buku sejarah, yang saya perhatikan itu kata per kata, per kalimat. Saya hafal bahkan sampai titik komanya. Sesuai apa yang ada dalam teks buku sejarah. Begitu yang bapak saya ajarkan”. Guru kelasku Pak Syarif (bukan nama sebenarnya) memberikan rahasia besarnya kepada aku dan teman-teman sekelas, pada waktu itu aku duduk di kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI). “Bagaimana kalau tidak hafal? Saya dapat hukuman”, lanjutnya tanpa ekspresi. Suaranya memberikan suatu penekanan, kalau memiliki keinginan untuk menguasai suatu hal belajarlah yang tekun dan bekerja dengan keras. Dan kata-kata yang diucapkan oleh guruku itu masih terngiang di telingaku. Sampai kemudian aku duduk di bangku Tsanawiyah.
Salah satu kebiasaan baik yang aku lakukan setelah pulang sekolah (tentunya setelah makan dan sholat zhuhur) adalah duduk manis di atas tempat tidur dan membaca buku pelajaran yang aku suka, sejarah--mungkin karena aku tipe pribadi introvert, yang senang menghabiskan waktu berlama-lama sendirian. Dan itu kulakukan hampir setiap hari, jika setelah selesai membacanya aku akan mengulangnya lagi dan lagi sampai beberapa kali, bahkan mungkin lebih dari 70 kali! Sehingga tak heran aku sangat begitu hafal nama tokoh, tahun dan peristiwa secara detail. Dan anehnya aku tak pernah bosan.
Ketika ujian semesteran tiba, aku begitu yakin
dan percaya diri dalam mengerjakan soal-soal ujian. Kujawab semua soal dengan
baik, dan tak butuh waktu lama aku dapat menyelesaikannya. Saat itu aku begitu
bahagia, dan tak sabar untuk melihat hasilnya. Aku tidak tahu apakah lembar
ujianku dikoreksi atau tidak, yang ada dalam pikiranku pada waktu itu adalah aku
begitu yakin akan memperoleh nilai sempurna, karena aku dapat menjawab
soal-soal yang tersaji dalam naskah soal ujian itu dengan sangat baik.
Selain sejarah, aku begitu menyukai pelajaran Tata Negara--diantara sekian banyaknya mata pelajaran yang tersedia. Jurusan yang aku ambil adalah ilmu-ilmu sosial. Sebenarnya pelajaran ini begitu sulit, dengan penggunaan bahasa yang baku, penuh dengan berbagai istilah asing, terutama bahasa Belanda dan Jerman. Kebetulan di Madrasah Aliyah juga menyediakan mata pelajaran pilihan bahasa Jerman, dan pada akhirnya aku dapat menikmati kedua mata pelajaran tersebut.
Mengapa aku begitu suka dengan pelajaran
Tata Negara? Bukan hanya karena suka akan materi pelajarannya, tapi mungkin
semuanya. Termasuk guru dan cara mengajarnya yang begitu runut. Meski
menggunakan media yang begitu sederhana. Sehingga bagiku mudah untuk
mempelajari materi tersebut, tak heran nilai yang aku peroleh di setiap ulangan
mendapatkan hasil yang hampir sempurna, di atas rata-rata sembilan puluhan. Berbekal
dari apa yang aku peroleh, dari sinilah aku gantungkan cita-citaku untuk
mengambil jurusan yang sesuai dengan minatku. Yang di kemudian hari menjadi
lompatan besar bagiku, dan pada akhirnya aku dapat mengampu materi pembelajaran
PPKn.
Nadiyah
Oktober 2021, naskah pilihan dimuat dalam Antologi Opini
Pendidikan KMA OP 33