Education Quotes

Jendela

Saturday, August 24, 2019

Bakat Menulis


Tahun pelajaran baru aku mendapat kesempatan  mengajar di kelas sembilan, semuanya kelas perempuan. Tentu ada banyak perbedaan jika dibandingkan dengan kelas laki-laki, suasana kelas yang riuh dan terkadang kurang tertib. Kelas perempuan berbanding terbalik, suasana senyap terkadang hanya satu atau dua yang bertanya, itu pun kalau aku memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya. Kurangnya komunikasi dua arah menyebabkan kelas seperti kuburan. Pembelajaran lebih banyak satu arah. Menurut Percival dan Ellington pendekatan yang aku lakukan lebih berorientasi pada guru, padahal tidaklah demikian. Aku berusaha seaktif mungkin melakukan komunikasi dua arah. Dengan berbagai pertanyaan yang aku ajukan, dan sesekali diselingi dengan hal-hal yang lucu.

Entahlah mungkin dipikiran mereka materi yang aku sampaikan kurang menarik sehingga mood dan responnya pun hampir tidak ada sama sekali. Hanya satu-dua siswa yang merespon. Mereka umumnya hanya memperhatikan dan menyerap materi yang ku sampaikan dengan perlahan. Begitu selanjutnya, sampai waktu pelajaran habis. Padahal materi yang aku sampaikan terbilang begitu update, menyajikan berbagai macam sumber dan informasi yang boleh dikatakan baru, dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Meski materi tersebut terkadang bersifat dokrinal.

Benarkah materi PPKn yang ku sampaikan kurang menarik? Atau karena faktor miskin metode? Atau tipikal siswanya yang lebih cenderung visual? Atau ... . Ada begitu banyak kata “atau” di kepalaku. Tapi aku tidak kehabisan akal, sebagaimana sebelumnya, berbagai model pembelajaran aku gunakan. Tentu yang akan aku gunakan adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai. Kali ini aku menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Model yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata. Dengan melakukan perbandingan antara suatu peristiwa di Indonesia dan di negara lain, seperti Jepang.

Bukankah anak-anak milenial suka akan hal-hal yang berbau Asia, seperti Korea dan Jepang? negara yang banyak memproduksi film atau drama, dan tontonanya selalu diminati oleh masyarakat tidak hanya di kawasan Asia tapi juga di berbagai negara? Tidak ada salahnya aku menyandingkan dan melakukan perbandingan dengan kehidupan bangsa lain. Mungkin ini akan lebih menarik dan menumbuhkan antusias yang tinggi dalam belajar.

Pertama-tama aku tayangkan sebuah video yang berisi tentang informasi suatu peristiwa Tsunami dan gempa bumi yang terjadi belum lama ini di Indonesia dan di Jepang--mata pelajaran PPKn tidak membahas penyebab terjadinya bencana alam tersebut--melainkan dari segi aspek perilaku yang ditujukan oleh masyarakat terhadap bencana yang mereka alami dan dikaitkan dengan materi yang aku sampaikan pada waktu itu tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Setelah menyaksikan sebuah tayangan video, aku meminta mereka membuat resume atau tepatnya sejenis laporan tentang suatu kejadian yang seolah-olah mereka saksikan dengan kedua mata mereka, kemudian memberikan pendapatnya terhadap peristiwa tersebut. Disinilah dituntut siswa memiliki kecakapan dalam pencarian dan pengolahan informasi, serta kecakapan dalam memecahkan masalah dan berfikir kritis melalui opini atau pendapat yang mereka tuangkan dalam sebuah tulisan.

Hasilnya? Cukup mengagumkan. Mereka mampu membuat resume atau laporan dengan baik. Aku pun berkesimpulan bahwa kurangnya respon, seolah-olah komunikasi hanya satu arah bukan berarti mereka tidak memahami dan menyimak materi yang aku sampaikan. Melainkan adanya perbedaan tipikal siswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Butuh waktu bagi mereka untuk menjadi seorang yang cakap dalam berkomunikasi dalam melakukan umpan balik. Yang terpenting bagiku minimal mereka mampu menuangkan dalam bentuk tulisan. Dan aku yakin mereka memiliki bakat untuk menjadi seorang penulis atau jurnalis!

Nadiyah
Jakarta, 23 Agustus 2019